Rss Feed

ShoutMix chat widget

Mau seperti ini?
Click aja disini---> Kumpulan Blog Tutorials

19 Holiday List

NINETEEN HOLIDAY LIST..

Libur tlah tiba.. Libur tlah tiba.. Hatiku gembiraaa...

Assalamualaikum.. bismillahirahmanirahim..
Libur telah tiba.. Alhamdulillah.. Inilah target-target yang Insya Allah kulakukan;

1. Khatam Al-Quran (not :'( )
2. Selesaikan urusan sekolah (sukses)
3. Belajar untuk tembus PSIKOLOGI UI (satu hari 200 soal!) (GOT PSIKO UNDIP alhamdulillah)
4. Khatam min 3 buku (The Winner Stand Alone [sukses], Totto chan's Children, satu lagi bebas [karakter dan ayah edy =sukses])
5. Mengikuti Lomba~ (ikut aja tapi.. tau deh menang atau gak :) )
6. Jalan-jalan sendirian ke penjuru jakarta (Sukses dan lanjut!)
7. Ketemuan sama temen-temen Goodreads Indonesia (Sukses!)
8. Mengunjungi Sekolah Ayah Edy (Bulan Juni targetku dan not yet sukses)
9. Silaturahmi ke rumah ibunda guru (silaturahmi, tapi.. ibugurunya gak ada)
10. Menyelesaikan Perpusku 'Suka Buka Buku' (sedikit lagi selesai)

Puisi-Puisi Takdir Kasih

Lelah. Hari ini tenagaku sungguh terkuras habis. Ujian praktik olahraga, roll ke depan yang selalu gagal membuatku musti mengulang beberapa kali, bola voli yang kupukul, selalu melenceng jauh ke kiri, lari jarak pendek yang membuat tenagaku terkuras, berakhir dengan keluarnya isi perutku. Huff.. sebal. Hanya pelajaran olahraga yang bukan kemampuanku, ah.. inilah nasib gadis yang , teman-teman bilang.. lemah. lembut. Tapi, alhamdulillah, hangatnya air hangat telah membuatku segar kembali, terlebih kakak telah membuatkan teh hangat dan kue buatannya, hmm.. sedap. Kulemper tubuhku ke ranjang  berseprai merah jambu, warna kesukaanku, sambil mengunyah dan membaca kata demi kata buku Tottochan's childrend. yang sangat kusukai  Tapi, secara tiba-tiba, ada sesuatu yang jatuh di wajahnku, 'Secarik surat. Lagi?'


Aku menghela, kuambil tumpukan surat di laci-ku, semua ada empat dengan ini jadi lima, semuanya puisi tanpa nama. Surat pertama, hari senin tiga minggu lalu, saat itu aku percaya dia pasti salah orang.

Aku kembali. Membawa sebutir sepi yang kubagi dengan mimpi.
Menemui malam di bola matamu, yang enggan berpaling sejak pagi.
Memilih untuk mencintaimu sesederhana mungkin, hanya membunuhku dalam kerinduan pekat.

Surat kedua, hari kamis tiga minggu lalu, aku merona, benarkah seseorang mengagumi perempuan yang penyendiri ini, yang tidak punya 'teman spesial', yang sering grogi dan bahkan menyapa lawan jenispun langka sekali kulakukan?

Aku kagum. Seperti salju putih yang anggun, dinginmu adalah mutiara.

Surat ketiga, senin dua minggu lalu, aku masih merona namun sedikit was-was karena aku mulai merasa suka padanya, bahayanya aku tidak tahu dia siapa. Tidakkah dia melihat siapa diriku?

Berat sungguh menunggu waktu bergulir dengan rindu yang menggerogoti sepersekian nafasku. Seandainya kamu tahu. Rinduku juga hidupku, adalah permainan waktu dan ajal. Detik terakhir ini hanya untuk menguntai sepersekian rasa.
Seandainya kamu tahu.
Sejak dulu. Dan sampai nanti.
Rasaku tetap rasaku.

Surat keempat, kamis dua minggu lalu, membuatku teramat sangat ingin tahu siapa sebenarnya dia. Dan mengapa dia mengirimiku puisi-puisi ini? Puisi yang seakan menjawab semua tanyaku sebelumnya. Dan, aku tidak tahu maksudnya.

Walau hanya lewat angin, aku tahu. Dirimu. bukan lagi. dirimu. Tapi.. Rasaku tetap rasaku. Sebab itu.. Usahlah kau kutuk cintaku.

Dan puisi yang ke lima ini. Senin minggu ini.. yang lagi-lagi seakan menjawab pertanyaanku sebelumnya, tentang siapa dia, tentang mengapa dia tidak menemuiku saja, mengajukan proposal ta'aruf mungkin, walau aku jauh dari siap.

Sapaku ini dicuri malam dan tak kembali.
Jangan marah karena kumenegurmu hanya lewat kata bisu.
Namun semua itu akan kubayar tunai.

Sudah bulat tekadku. Seakan tiap hari senin dan kamis surat itu selalu datang, maka kamis minggu ini aku akan membuat rencana memergoki siapa gerangan yang menaruh surat itu. Tapi, seperti hal-nya orang sukses lainnya, aku butuh bantuan. Aku menelepon Dina, sahabatku, memintanya esok untuk datang lebih pagi untuk memergoki siapa pelakunya.

"Kamu yakin ini berhasil?"
"Tentu.." Kataku yakin, sambil mengintip dibalik jendela kelas, belum ada siapa-siapa yang bergerak mendekati tasku sejak sekolah masih sepi hingga istirahat kedua ini.
"Aku lapar, ke kantin dulu yuk.." Dina merajuk, aku tak peduli, dia yang tampak sedikit kesal akhirnya pergi sendiri. Aku hanya bergumam maaf dalam hati, habisnya aku tidak mau gagal membongkar siapa sang pengagum rahasia itu!

"Tuh kan, sia-sia.." Bisik Dina, ketika bel pulang berbunyi. Ya, hari ini kami gagal, kami tidak memergoki siapa-siapa. Tapi, aku berharap aku lengah dan berharap surat itu ada ditasku, maka setelah kelas sepi kami memeriksa kembali tasku dengan lebih cermat, namun hasilnya sama seperti tadi siang, tidak ada surat yang kami temukan. Aku kecewa, sangat. Apa mungkin orang itu mengetahui bahwa kami hendak memergokinya? Ah, tega.

Aku pulang dengan hampa untuk kesekian kalinya sejak itu, karena tidak ada lagi carik-carik puisi yang terselip di buku atau di tas-ku lagi. Sering kali, aku merasa bodoh, dalam sehari aku bisa lebih dari tiga kali memeriksa tas-ku dan memeriksa buku demi buku, dengan harapan bahwa ketidakadaan surat itu karena ketidak telitianku, bukan karenanya. Namun, semua itu sia-siap. Ah, kemanakah pangeran yang mencuri hatiku? Dia pergi menyisakan serpih luka. Huuah.. Aku merasa jadi sangat romantis, aku menjadi senang berlama-lama di kelas berharap suatu waktu dia berani datang dan mengaku. Namun, hingga pengumuman kelulusan, wisuda dan prom night yang tidak kuhadiri, tak pernah ada pangeran yang datang menemuiku dan tidak adalagi puisi. Tunggu! Tunggu! Pangeran?? Kenapa aku memakai istilah itu? Ih, aku jadi geli sendiri, ini pasti karena efek drama-drama percintaan dan dongeng princess walt disney yang kusukai, ah.. dasar remaja.

Seiring beriringnya waktu, aku sadar aku melupakannya atau tepatnya berusaha melupakannya dengan segala cara. Dan perlahan semua berubah. Dina di usia 22 tahun telah memiliki seorang bayi perempuan mungil bernama Maya. Diriku? Diusia 22 tahun sibuk magang, bisnis dan menggarap novel yang tak kunjung selesai. Setahun kemudian, di usia 23 tahun, saat anak Dina mulai merangkak kesana kemari, aku sedang sibuk launching bukuku yang bertema percintaan, di sebuah toko buku.

"Novel ini kan bercerita tentang kisah cinta antara sepasang anak muda yang berbeda agama, inspirasinya dari mana sih mba?" Tanya salah seorang pengunjung,
"Inspirasi ya.. waktu itu sih saya.. " Aku terdiam, mengingat dan terhenyak rasanya aku baru saja melihat wajah yang tidak asing berjalan tak acuh, hanya sekilas menoleh padaku, dan mata kami bertemu. Moderator mencolek bahuku, menyadarkanku, "Maaf, waktu itu saya terinspirasi dari masa SMA saya, ada teman yang pernah menjalin hubungan beda agama, dan saya juga kenal dengan seorang kawan yang memutuskan pindah agama.." Dan pertanyaan lain terus bergulir, akupun menjawabnya. Namun, mataku entah kenapa mencari-cari keberadaan sosok tadi. Sosok teman SMA di Makasar, yang kutemukan di kota Bandung ini. Namun sayang, mataku tidak dapat menemukan sosoknya lagi, dan setelah sekian lama aku kembali merasa hampa, entah mengapa.

"Mba.." Seseorang memanggilku dari belakang, "ini ada yang menitip surat.." Aku mengambilnya, mataku terbelalak. Dheg. Amplop itu, warnanya sama seperti surat-surat yang kurindukan itu. Amplop biru, sang benarkah pangeran itu telah kembali? Aku tak berani membukanya. Sama sekali tidak. Hingga malam cukup larut, dan aku merasa siap, di bawah remang cahaya lampu belajarku, kubaca surat itu dengan lantunan surat An-Nisa yang kusetel dari laptopku.

Bidadari pemilik nadi. Maafkan diri yang bersembunyi diantara ketidakpastian.
Namun didalamnya kutemukan pasti.
Sapalah aku dalam keramaian dan kegaduhan suka citamu.
Karena mencintaimu dengan sesederhana mungkin, hanya membunuhku lewat rindu yang pekat. Maka, tunailah dan lunaslah jika kau terima.


Apa yang dapat aku jelaskan tentang perasaanku? Semua berkecamuk dan bergejolak., tiba-tiba sebuah telepon berbunyi menyentakku. Itu dari Ummi.. "Assalamualaikum gimana nak kabarnya?"
"Alhamdulillah baik ummi, ummi dan abi apa kabar?"
"Alhamdulillah, nak besok kamu jadi pulang?"
"Insya Allah jadi ummi. Kasih kangen ikan mas pepes buatan Ummi nih"
"Iya, ummi sudah membuatkannya kok. Hati-hati besok ya Kasih dan besok ummi sama abi mau membicarakan sesuatu padamu,"
"Bicara apa ummi?"
"Besok saja ummi bicarakan, sudah dulu ya nak"
"Iya Ummi,"
"Hati-hati ya nak.. Assalamualaikum,"
"Iya Ummi, Waalaikumsalam.."

Pembicaraan singkat itu, membuatku mempercepat jam tidurku, dan memaksa diriku untuk melupakan hari ini, melupakan suratnya, melupakan semua. Cukuplah Allah swt dalam benakku. Tapi, muncul pertanyaan baru.. kira-kira apa yang ingin ibu bicarakan? Tidak biasanya, padahal biasanya ibu langsung membicarakan sesuatu di telepon. Hmm.. Yah, lihat besok saja.
~**~
Setelah aku beristirahat sejenak, abi dan ummi mengajakku ke ruang keluarga, di sana sudah ada adik dan kakakku serta suaminya. Aku merasa ada hal yang sangat penting yang ingin mereka bicarakan, "Nak, ada yang melamarmu," ummi membuka pembicaraan yang langsung membuatku tertegun, "pemuda yang baik, sudah bekerja dan kamu mengenalnya.."
"Mengenalnya?" Tanyaku,
"Iya, dia kakak kelasmu dulu sewaktu SMA," abi menjawab, "shalat istikharah dulu nak, besok dia dan keluarganya akan datang lagi,"

Aku tidak bisa bicara.. bagaimana dengan nasib pangeranku? Jika aku tidak salah mengartikan, walau aku bukan seorang penafsir, namun aku yakin dia akan datang dan menikahiku. Aku yakin itu.

Malam itu aku menghabiskan malamku untuk bersujud. Melepaskan semua keraguanku, perasaanku, menyerahkan diri pada-Nya atas segala yang ada. Dan malam itu aku tidak menemukan jawaban, hanya ketenangan yang luar biasa.
~*~
"Cantik.." Ujar kakakku sambil menatap cermin, terlihat bangga setelah mendandaniku. Ya, abaya putih dan jilbab merah jambu, serta sedikit bedak memang lumayan membuatku sedikit fresh setelah semalam tidak bisa tidur.
"Nak.." Ummi muncul dari balik pintu, "mereka sudah datang.." Lidahku tak dapat berkata apa-apa, jantungku seakan berpacu sangat cepat, hingga aku merasa bahwa kakakku dapat mendengarnya. Mba Lisa tersenyum, "Tarik nafas dalam-dalam, baca bismillah, pasrahkan sama Allah ya dek, semoga jika dia yang terbaik maka Allah swt memberi kemudahan untuk menyatukan kalian dalam ikatan yang sah," aku mengangguk berjalan bersamanya menuju ruang tamu, namun detak jantungku tidak sedikitpun berkurang.

Aku duduk dan masih menunduk, kakak membisikkanku untuk mengangkat wajahku, melihat calon suamiku. Berdebar, sangat berdebar, perlahan ku mengangkat wajahku.. seketika, aku merasa jantungku berhenti berdetak.

Mata coklat itu..

Aku merasa kehilangan nafasku.
Kehilangan pijakanku.
Kehilangan jiwaku.
Dia.. cintaku.

~**~

"Kita berteduh ya.." Ucap seorang yang  suaranya sangat kurindukan sejak lama. Hujan mulai turun dalam perjalanan pulang kami menuju Bandung. Dia menggenggam tanganku, membawaku ke sebuah halte yang tidak cukup ramai di hari yang mulai gelap. "Sebenarnya dari sini, rumah kita tidak jauh lagi," katanya.
"Kalau begitu kita berlari saja," usulku pelan, malu. Dia diam sejenak, melepaskan jaketnya, menutupi kepalaku, dengan erat menggegam tanganku dan berlari. Aku tidak memperhatikan jalanku, aku sibuk mengartikan detak jantungku. Tak lama, dia berhenti, membuka jaket yang menutupi kepalaku. Kami berdiri disebuah rumah yang lumayan besar, berada komplek perumahan, aku tak menyangka, maharnya yang adalah rumah ternyata sebesar ini, kupikir hanya sebuah rumah kecil pinggir kota. Aku menatapnya, tak bisa berkata. Dia hanya tersenyum, membuka pintu rumah. Aku takjub melihat isi rumah yang telah tertata, walau belum banyak properti yang tersedia "Besok sebaiknya kita pergi berbelanja, banyak yang belum tersedia.." Ucapnya aku membalasnya dengan senyum. Aku bisa mendengar hujan semakin deras. "Kak.." Ups, aku salah, aku masih grogi memanggilnya apa kak, mas, abi, atau Damar?
"Panggil aku sesukamu, Aisy.." Aisy? "Panggilan sayang untukmu, boleh kan?" Aku tersipu malu.
"Boleh kak," Jawabku. Dia mengajakku berkeliling, melihat-lihat rumah mungil dengan halaman yang luas, hingga akhirnya kami duduk di teras yang tertutup jendela besar, melihat hujan yang turun dengan secangkir teh hangat. Aku teringat puisi terakhir dari sang pangeran..

"Teruntuk, Kasih Aisyah Putri
Aisy-ku, bidadari pemilik nadi
Sepersekian rasa yang kuuntai. Sepersekian rindu yang hampir membunuhku.
Sejuta pertanyaan yang mungkin terlintas dibenakmu.
Kini.. kubayar lunas dan tunai.
Tak hanya padamu tapi juga pada Tuhanku
Dalam halal, ku merengkuh rindu hakiki.


Damar Adiputrapertama"

~**~
[29 April 2010]


~*~
"DORR!!" Aku tersentak! Damar tertawa geli, "Kamu ini.." gerutuku sambil memasang wajah tidak suka. "Kamu sih, asyik baca terus, lihat jam.. udah sore!" katanya sambil bergerak duduk disampingku, di atas bebatuan besar. "kamu pacaran sama buku ya? cemburu nih aku," celetuknya.
"Kok tau?" kataku sambil menjulurkan lidah.
"Jelek tau!" Katanya, lalu kami tertawa, "Apa sih yang seru dari buku? membosankan bagiku," tanyanya, aku menoleh menatap mata coklat dibalik kacamatanya. "Kalau aku tanya.. apa sih serunya rumus-rumus dan angka-angka? apa jawabanmu?" Dia mengangkat halisnya, terlihat berpikir, tiba-tiba sesuatu yang dingin menyentuh pipiku, "Ice cream?" Dia tersenyum. "Dari pada pusing makan ice cream aja, mendinginkan kepala,"
"Yang pusing kan kamu, bukan aku.. hehe" Aku mengambil ice cream coklat dari tangannya.
"Ingat pertama kita bertemu?" tanyanya balik menatapku, membuatku tersipu.
"Karena sebuah buku!" Kami menyahut hampir bersamaan.
~*~
"Aku harus punya buku itu kak, ayo dong temenin aku.." Rajukku pada kak Mila yang sibuk mengerjakan skripsinya, aku tahu dia sibuk, tapi mau bagaimana lagi, aku si anak baru tidak punya teman.
"Kasih, kamu kan udah tujuh belas tahun, bisa dong jalan sendiri! Di dekat sini ada toko buku, hanya beberapa blok saja. Kakak sedang sibuk nih.." Jelasnya tanpa menoleh sedikitpun dari komputernya. Baiklah, bagaimanapun aku harus mendapatkan buku Peradaban Islam yang mulai menarik perhatianku.

Selama ini aku adalah manusia dengan islam KTP, aku tidak tahu apa itu islam sesungguhnya, aku sholat tapi asal saja, dan berjilbab dengan tidak kalah asal j menutupi dada? tentu tidak, sekarang saja aku memakai celana jeans tapi dengan kaos yang menutupi hingga lutut, dan kerudung yang sedikit lebih lebar, sedikit sekedar menggugurkan kewajiban. Tapi, kini aku baru mulai mengenal tarbiyah, tersentuh dengan apa yang kakakku katakan dan kakak-kakak di sekolahku, ah.. aku mulai kasmaran.

Setelah diberi uang tambahan oleh kakak, aku langsung berjalan menuju toko buku yang katanya ada di sebelah kiri jalan ini, dekat toko bunga. Ya! Aku menemukannya setelah hampir satu jam berjalan, toko buku dua lantai yang tampak kuno tapi elegan! Hatiku berbunga, bau buku.. tumpukan buku.. semua buku seakan menyambutku memenuhi rongga-rongga hatiku. Tentu aku tahu apa yang aku cari disini, tapi aku akan pergi melihat-lihat dulu, aku masih punya banyak waktu. Banyak karya-karya yang membuatku hampir membelinya.. mulai dari buku tentang dunia bawah laut, kisah hidup Nabi Muhammad, buku bisnis, bahkan buku tentang zodiak, tapi untung aku sudah diberi tahu kalau itu syirik.

"Itu dia!" Ucapku tiba-tiba ketika melihat buku yang kucari, aku bergegas menuju rak itu. Sepertinya hanya ada satu buku, aku meraih buku itu, tapi tertahan, seseorang juga meraih buku itu, bersamaan denganku. Mata coklat. Dilehernya tergantung tanda salib. Detik kemudian tiba-tiba aku melepas buku itu tanpa kutahu dia pun melepasnya bersamaan. Jatuh. Aku terpaku.
"Ini bukumu," Ujarnya
"Tidak-tidak.. Itu bukumu juga,"
Laki-laki itu bertanya pada penjaga toko yang lewat di dekat kami, "Bang, ini cuma ada satu?"
Penjaga toko itu mengecek buku yang dipegangnya, "Duh, iya dam, kalau lo mau ada buku yang keduanya tapi juga satu, buku ginian kurang laku disini.. orang-orang biasanya kesini nyari komik, novel atau buku pelajaran kagak kaya lo.. nyari buku agama,"
Laki-laki itu tertawa, "Thanks bang," Lalu dia menoleh padaku lalu menatapku heran. Dheg! Detak jantungku? Perutku mulas tiba-tiba..
"Kamu butuh buku ini?" Tanyanya,
"Kamu sendiri?" Tanyaku
"Perempuan senang menjawab dengan pertanyaan ya?" Aku merasa bodoh dibuatnya sekaligus kesal dan dadaku sesak padahal aku tidak punya penyakit asma, "Aku jelas butuh, tapi.. ladies first. Aku bisa mencarinya di toko lain,"
Aku tidak mau dianggap tidak bisa apa-apa, bisa nerima aja? "No. Aku memang butuh, tapi sepertinya kamu lebih butuh, lagi pula.. banyak buku yang bisa kubaca."
"Oke. Baiklah.." Dia mengambilnya. Aku berharap dia tahu kalau kalimatku sesungguhnya mengartikan 'Ya, aku butuh sekali, tapi.. jangan anggap aku bisa menerimanya begitu saja walau aku pasti menerimanya setelah beberapa basa basi,' Huff.. yah resiko.
Dia pergi ke kasir, aku putus harapan. Membongkar-bongkar buku jadi tidak terlalu menarik. Entah karena aku tidak mendapat bukunya, atau karena aku tidak tahu nama laki-laki itu.. Upss.. No! No! No!
"Masih mencari buku?" Suara yang tak asing dibalik punggungku, aku menoleh.. si mata coklat.
"Seperti yang kau lihat.."
Dia menatapku aneh, "Kenapa jilbabmu tidak panjang?"
"Apa?" Apa aku tidak salah dengar pertanyaannya??
"Maaf, bukan apa-apa.. aku telah membaca buku tentang hijab walau baru sedikit yang kutahu seorang muslim harus menutup auratnya dengan jilbab menutupi dada dan pakaian yang tidak ketat. Maaf jika kamu tersinggung.."
"Tidak-tidak aku tidak tersinggung," Jawabku, walau tentu aku tersinggung dan terpojok, "Tapi, kamu sendiri.. apa agamamu?" Mataku tertuju pada salibnya dan dia mengerti.
"Untuk saat ini di KTP aku Kristen, tapi kedua orangtuaku bukan tipe religius, mereka membebaskanku mencari agama yang terbaik untukku.. Jadi, sebenarnya aku belum beragama. Aku mencari.. Aku sudah membaca beberapa kitab dan sekarang sedang memperdalam agama.." Aku jadi malu mengingat diriku yang baru tersentil.
"Well, menjawab pertanyaanmu.. aku hanya ingin bilang.. jangan melihat islam dariku atau mereka yang mengaku islam, lihatlah diri Baginda Rasulullah didalamnya ada kesempurnaan. Sedangkan kami? Tidak lain dan tidak bukan sama sepertimu kami-pun mencari namun.. banyak juga yang mematung tidak mencari hanya menggugurkan kewajiban shalat dan puasa yang asal-asal saja. Ditambah lagi.. perkembangan dunia ini, budaya-budaya asing dan fitnah-fitnah.."
Dia mengangguk, seakan memahami, "Dan aku.. akupun sedang mencari dan berharap aku berada di jalur yang benar.."
"Kalau begitu.." Dia menyerahkan bingkisan ditangannya padaku.
"Ap-"
"Terimalah.. Bukankah nabimu senang memberi hadiah dan menyerukan untuk saling memberi hadiah, ini hadiah dariku semoga kita sama-sama berada di jalur yang benar.."
"Tapi-"
"Aku harus pergi.. Sampai jumpa.." Dan dia lenyap ditengah keterpakuanku.
~*~
Aku menatap Damar, mata coklatnya berbinar, wajahnya bersinar.
"Sebenarnya aku heran Aisy,"
"Heran kenapa?"
"Dulu saat pertama bertemu sepertinya kamu tipe perempuan pemberontak? keras!"
Aku tertawa kecil, "masa sih?"
"Tapi sekarang jadi ayu, pemalu dan lembut.." Duh, pujian.. mukaku merah pastinya!
"Kamu tidak tau saja, kalau perempuan.. saat dia merasa diremehkan, dia akan bersikap keras.. menantang.. tapi dibalik itu.."
"Sensitif?"
Aku tersenyum menimpalinya, "Hahaha.. mungkin ya.. mungkin tidak.."
"Kenapa bisa ada dua jawaban? Rumit sekali!"
"Aku heran.. kamu bilang buku itu membosankan.. tapi kenapa dulu kamu membeli buku setebal itu?"
"Kenapa ya?? Hahaha" Dia malah tertawa sendiri.
"Ayo mengaku!" Ujarku pura-pura marah.
"Aku tidak membacanya.. Aku.. memberikannya padamu," Jawabnya sambil menjulurkan lidah.
"Mas Damar!!" Ngambek! Jawaban yang tidak sesuai harapan!
"Haha.. Sudah-sudah nanti mas beliin permen jangan nangis.."
Dan kami tertawa sambil menikmati senja yang indah di tepi pantai.

Ah.. Senja tak pernah seindah ini..

^*syafiyah*^
[ 8 mei 2010]
pengumuman simak, membuat ingin menulis
walau tidak ada hubungannya
~**~

Ku taruh secangkir teh dan sepiring kue keju di sampingnya yang sedang melantunkan indahnya ayat suci al-Quran, di pagi yang masih buta, diantara embun-embun yang jatuh pada daun-daun di taman belakang rumah. Udara yang segar, ayat indah yang terlantunkan, menyegarkan. Aku duduk di belakang punggung bidang yang seakan siap melindungiku selalu.
"Shodakallahuladzim.." Dia menutup Al-Quran, berdoa sejenak lalu menoleh padaku, mengecup keningku.
"Yuk shalat.." Belahan jiwaku mengimami shalat shubuhku, lantunan suaranya terlalu indah membuatku harus ekstra fokus bahwa aku sedang menghadap Tuhanku.
"Aku puasa, Aisy-ku, hari ini hari kamis.." Katanya sambil melipat sajadah, aku selalu suka dia memanggilku 'Aisy-ku' dan terkadang 'kasihku', Subhanallah.. itu membuatku semaki mencintainya.
"Puasa?"
"Insya Allah setiap senin dan kamis aku puasa.."
"Kenapa tidak membangunkanku?"
"Kamu kelihatan lelah setelah kemarin jalan-jalan.." Senyumannya begitu menenangkan. Jalan-jalan ke pantai kemarin memang melelahkan dan menyenangkan.
"Sahur?"
"Ya, aku memasak sayur bayam, juga sudah memasak nasi.." Dia duduk di teras, menemaniku.
"Memasak?" Cuma senyum jawabannya. Satu minggu bersamanya membuatku dikejutkan dengan segala kebiasaannya yang luar biasa, membuatku makin mencintainya, karena kecintaannya kepada Allah swt dan Rasulullah. Sedangkan aku?
"Ketika pesantren aku bertugas memasak, ketika nge-kost juga kebagian tugas memasak.." Aku hanya mengangguk. Ya, Rabb.. terimakasih telah memilihnya untuk membimbingku.
"Minumlah.." Dia menyerahkan segelas teh, aku meminumnya sedikit. Damar menatap langit yang mulai menitikkan gerimis satu.. satu..
"Ingat hari itu?" Tanyaku, seakan dapat membaca pikiranku dia mengangguk, aku malu.
~*~
"Kasih, besok ada acara ROHIS, gabung yuk.." Ajak Dina teman sebangkuku yang baru.
"Apa nggak apa-apa?"
"Nggak apa-apa laaah. Gue pingin ikut organisasinya, lo ikut juga ya, sih"
"Gak ah.." Jawabku sambil membaca buku Aa Gym, punya kakak. "Ilmu-ku tentang islam masih sedikiiit banget, malu-maluin nanti, ajak yang lain aja.."
Dina mencubit pipiku tiba-tiba, "Sakit tau.." Ujarku sambil melotot padanya.
"Nabi bilang jangan marah.."
"Gimana nggak marah, kan didzalimi!"
"Biariiin.. Biar sadar.." Katanya sambil cengengesan. "Nabi bilang jangan berhenti nuntut ilmu karena malu. Ayo sih.. Itung-itung ngumpulin pahala.."
Aku diam.
"Ayoo dong. Aa Gym bilang, mulai dari diri sendiri, mulai dari hal kecil dan mulai dari sekarang!"
"Ya udah," Jawabku lebih supaya dia tutup mulut, dan dia senyum-senyum senang. Yah, terserah deh paling-paling nanti aku kabur diam-diam pas acara Rohis.

Gagal! Dina tidak mau melepas tanganku. Acaranya entah tentang apa.. Zionis, Palestine, Israel, Gaza? Apa itu semua?? Aku tidak mengerti.. "Din, Israel itu apa terus memang kenapa sama Palestina?"
"Kasiiih.. kamu gak tau masalah ini?" Dia kelihatan syok berat. Aku mengangguk. "Oke-oke gak apa-apa.. Israel itu musuh Palestina, dia ngaku-ngaku wilayah Palestina tuh punyanya. Udah kamu dengerin aja dulu, nanti pas selesai baru tanya aku.." Dan dia kembali menyimak. Well, aku bosan karena aku nggak ngerti pembicaraannya. Yes! Dina lengah karena sibuk mencatat, diam-diam aku keluar dari masjid, jalan-jalan ke taman sekolah. Langit biru.. Awan putih..
"DUKKK!" Aku tersandung, jatuh. "Adduuuh.." Lengan bajuku kotor dan lenganku perih sekali.
"Baik-baik saja?" Aku menoleh ke belakang. Terhenyak. Mata coklat itu... "Loh, kamu?" Dia juga kelihatan kaget. Aku malu, bergegas aku bangkit. "A-aku sekolah disini.."
"Kelas satu?" Aku mengangguk. "Gimana bukunya? Sudah dibaca?" Tanyanya.
"Sudah beberapa halaman," Sekilas aku memperhatikan penampilannya. Berbeda dengan dua minggu lalu, sekarang dia memakai celana katun bukan jeans dan kaos berubah jadi kemeja putih. Tidak ada lagi kalung salib yang melingkari lehernya. Aku melihat tangannya memegang buku AKU karya Sjuman Djaya, jadi teringat AADC kisah cinta favoritku, dan buku itu buku yang kucari sejak dulu!
"Saya tidak tahan membaca buku ini. Buatmu.." katanya sambil menaruh di meja yang memisahkan kami. Tidak tahan??
"Serius ini buatku?" Dia mengangguk.
"Kabur dari acara?" Sekarang aku yang mengangguk, "Kenapa?"
"Saya tidak mengerti tema yang dibicarakan,"
"Benarkah? Israel dan Palestina memperebutkan tanah yang dijanjikan yang terdapat dalam kitab-kitab, termasuk al-Quran, tapi karena kaum Israel durhaka maka tanah itu bukan lagi dijanjikan untukknya. Konflik Palestina – Israel menurut sejarah sudah 33 tahun ketika pada tahun 1967 Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria dan berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania). Sampai sekarang perdamaian masih jauh dari harapan. Ditambah lagi terjadi ketidaksepakatan tentang masa depan Palestina dan hubungannya dengan Israel di antara faksi-faksi di Palestina sendiri," jelasnya membuatku terpaku. "Anak-anak muslim di Gaza banyak sekali yang hafal al-Quran, sungguh luar biasa. Banyak juga anak-anak dan keluarga yang mengiklaskan dirinya berjihad, bagiku hal itu sangat luar biasa betapa cintanya mereka kepada Allah swt dan agamanya,"
Aku merasa bodoh mendengarnya, aku benar-benar tidak tahu hal itu.
"Masih kelas satu-kan? Masih banyak waktu untuk belajar kok, tenang saja" Ucapnya lembut, seakan mengetahui isi hatiku. "Ada darah di lengan kemejamu,"
"ah.. iya.. bagaimana ini?"
"Ke UKS saja dari sini lurus dan belok kiri, maaf saya tidak mengantar, tema ini terlalu seru untuk ditinggalkan.."
Aku mengangguk dan bergegas dengan detak jantung yang berdebar.

"Ini.. ada cowok yang nitip buku ini buatmu," Dina menemuiku di UKS. Ah, aku lupa membawa buku hadiah si mata coklat itu. "Kok lo bisa kenal sama dia?"
"Memang dia siapa?"
"Katanya dia alumni sekolah ini 4 tahun lalu, mantan ketua OSIS, dan terkenal sangat baik,"
"Namanya?"
"Gue gak tahu cuma denger-denger aja.."

Ah! Sial. Hujan tiba-tiba. Aku berlari menuju halte, untung aku tidak terlalu basah. Sekarang ini hujan datang suka-suka tidak seperti dulu yang tiap musim, semua ini karena pemanasan global. Jam tanganku menunjukkan angka lima, dan bis tidak kunjung datang. Mata ini menangkap seseorang yang berlari menuju halte, menghampiriku. Mata kami bertemu. Aku menoleh segera, menatap langit gelap dengan hati berbunga dan mata berbinar. Entah dari mana rasa bahagia ini mengalir?

"Sepertinya hujan akan lama reda," katanya memulai pembicaraan.
"Sepertinya.." sahutku,
"Udah memilih eskul atau organisasi?"
"Belum tapi dipaksa ikut rohis.."
"Ikutlah.. siapa tahu kamu menemukan yang kamu cari,"
Aku menoleh padanya, "Kamu sudah menemukan yang kamu cari?"
"Sebentar lagi sepertinya.." Dia tersenyum, "Mengenalmu menyenangkan.."
"Apa?"
"Bukan apa-apa.." Dia menoleh, menatap langit.
"Oh, ya.. makasih bukunya," Dia mengangguk.
"Besok saya akan pergi jauh.." Aku menatap wajahnya yang tak berpaling dari langit, "tunggu saya ya.." Jantungku seakan berhenti. Aku tidak tahu maksudnya.
"Jaga hijab dan izzahmu ya.." tambahnya, tersenyum padaku dan sekali lagi dia pergi ditengah keterpakuanku, menaiki bis dan samar bibirnya tampak bergerak.. "Assalamualaikum.." ucapnya..
~*~
"Eh.." Aku menoleh pada mas damar yang tiba-tiba mencium keningku.Dia tersenyum sangat manis yang rasanya berhasil membuat pipiku merah jambu. "Makasih ya Aisy-ku.."
"Atas apa mas?"
"Telah menjaga hijab dan izzahmu," Ujarnya sambil menatap mataku, lalu menatap langit.
Aku mengangguk, "Seharusnya aku yang berterimakasih telah mau membimbingku menuju Allah swt," gumamku dalam hati, sambil kucium pipi suamiku tersayang.


^*syafiyah*^
[11 mei 2010]
tidak hujan disini..
jadi, merindukan hujan..


satu hari untuk kita


Aku akan tiba pada malam merah jambu. Dimana kita menikmati semu dan abstrak, serta teka-teki atas nama cinta. Lewat tangga pengharapan, dimana kutaruh melati sebagai petunjuk dan dzikir sebagai penghubung antara kita yang bungkam tak saling mengenal. Kita akan hinggap pada banyak antara. Kita membangun mimpi pengharapan, dalam catatan kecil doa dan pembicaran subuh hari. Kita menyusun peradaban, lewat kecil mungilnya tangan pemimpin baru. Kadang panas terik dunia akan membakar, hingga kadang kita ingin terkapar atau berlarian. Tuhan selalu tahu dan selalu punya banyak pintu. Dan kita akan sibuk memadukan banyak kesabaran, keikhlasan dan cinta.

Work Corner~

Bismillahirahmanirahim
Alhamdulillahirabbil alamin..

Ini adalah sudut kamar saya, tempat saya merangkai kata dan membaca kata ^_^ saya penikmat buku jadi dipenuhi dengan buku-buku (dan sepertinya harus membeli rak baru) walau bukunya tidak sebanyak buku teman-teman :P

^_^ Semangat-semangaaat...

Assalamualaikum~

[21 April 2010]
Hari Kartini.. ^_^ tapi gak berasa apa-apa..

Jangan Tanggalkan Hijabmu..

Audzubillah himinasyaitonirrajim Bismillahirahmanirahim
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Sungguh, segala puji adalah milik Allah swt yang begitu sempurna dengan segala Maha atas segala nikmat iman dan islam yang sungguh berharga, tak pernah dapat tergantikan. Shalawat dan salam semoga slalu tercurah kepada Nabi besar, Muhammad saw, yang atas kehadirannya yang menerangi jalan kita menuju kebenaran yang tidak ada duanya, yang semoga selalu menjadi teladan kita untuk merengkuh kesuksesan dunia dan akhirat ini.

MOVIE LIST

Ini adalah film-film yang pernah kutonton, yang kuingat ^_^
Angka

12 am
2012
3 Doa, 3 Cinta
30 Hari mencari cinta

*A
A Series of Unfortunate Event
Accuracy of death
Ada apa dengan cinta
Ada Cinta
Ada Hantu di Sekolah
Alangkah lucunya negeri ini
Alexandria
Anaconda
Anastasia
Ant
Asterix
Ayat-ayat cinta

*B
Bangku Kosong
Bangsal 13
Bestfriend?
Bethoven
Big Momma's House
Bloody Reunion
Brownise
Bukan Bintang Biasa
Butterfly
Bolt

*C
Cars
Casper
Catatab Akhir sekolah
Chicken Little
Chicken Run
Children in Heaven
Cinta Pertama
Claudy and Jasmine
Click!

*D
D’Bijis
Daddy Day Care
Dealova
Death Note 1
Death Note 2
Denias
Dinosaurus
Djumanji
Door to door

*E
Eiffel I am in Love
Eskul

*F
Final destination 2
Final destination 3

Klik! Merah jambu

Bismillahirahmanirahim.. Assalamualaikum warahmatullah wa barakatu. Alhamdulillahirabilalamin, puji syukur atas segala nikmat yang telah Allah swt berikan kepada kita, yang begitu tak terhingga.

Apa kabar muslim muda? Semoga Allah swt menaungi kita dengan keridhaan-Nya, hidayah dan rahmat-Nya.
Alhamdulillah, setelah lama tidak menulis, Allah swt memudahkan jemari ini kembali merangkai kata yang semoga bermakna, menjadi cambuk bagi diri ini, menjadi pengingat bagi insan yang lupa, menjadi pengetahuan untuk kebenaran.

Masa muda penuh dengan segala keindahan dan tipu daya, penuh dengan pencarian dan dilema, situasi yang seakan mengekang jiwa, kekosongan yang begitu mencekik. Sungguh cinta-Nya dan cinta kita pada-Nya lah penawar yang paling mujarab.


Awalilah ini semua dengan mengharap keridhaan-Nya.. Bismillah..

Sebagian ulama bahasa Arab mengatakan, kata insaan (manusia) diambil dari kata nisyaan (lupa) karena manusia memang tempatnya lupa. Sebagian ahli bahasa berpendapat bahwa insaan justru diambil dari kata ienaas yaitu mempergauli secara akrab dan baik. Maka Islam menoleransi kekeliruan akibat lupa serta memiliki banyak aturan yang membuat manusia mampu menempatkan dirinya pada posisi makhluk interaktif yang bijaksana. ^_^

Bergaul di dua dunia

Pergaulan dan manusia, keduanya tidak dapat dipisahkan. Allah swt mengatur segala pergaulan antar manusia dengan sesamanya, dengan binatang peliharaannya, dengan tunggangannya, dengan yang seagama dan seakidah maupun tidak.


"Dan Dia-lah yang telah menciptakan bagi kalian segala yang ada di bumi ini.." (Al-Baqarah: 29)

Melankolisme Muda


Aku bertanya pada sebuah batas..
Antara sapa dan tiada

Yang memulai tarian aksara
Pada malam-malam merona
Antara kita yang berbalut melankolisme kaum muda

^*syafiyah*~
[suatu hari antara maret dan juni 2010]
Sia-sia

Remang


Remang
Buat Fia

Identitas itu, secara tak sengaja mampir dalam kalender. Menelan usia yang perlahan membuat tubuhmu demikian berat oleh pilihan-pilihan. Sementara ujung hidup semakin tidak terdefinisi. Siapakah dia yang merayumu untuk selalu kembali. Menetapkan harapan dan menerjemahkan penciptaan. Serangkaian tunggu yang membuatmu ketakutan. Kemana harus menuju ketika umur mulai berjamur. Tidak ada pilihan selain sembunyi. Di hamparan sajadah. Berharap sesuatu yang menyejukkan mengalir dengan tiba-tiba. Usia bertambah dan perjalanan semakin tidak terkendalikan.

Bestfriend?


Bestfriend? Film yang cukup menarik. Mengambil latar dunia SMP yang adalah masa transisi dari anak-anak menuju remaja. Tania (Nikita Willy) adalah gadis pintar di sekolahnya, memiliki keluarga harmonis dan berhasil dalam dunia akademis. Namun, setiap orang memiliki kekurangan, kekurangan Tania ialah dia tidak pandai bergaul atau tepatnya teman-temannya enggan bergaul karena keseriusannya.

Kehidupan Tania yang datar-datar itu segera berubah ketika seorang anak pindahan, karena droup out, bernama Molly (Risty Tagor) menjadi sahabatnya. Tania menjadi gadis yang sangat bertolak belakang dengan dirinya yang sebelumnya.

Penasaran kenapa Tania yang pemalu bisa berubah? Baiklah, mari ulas sedikit lagi..

April Mop

Bismillahirahmanirahim. Alhamdulillah masih diberi kesempatan menulis lagi ^_^ apa kabar muslim muda? Sekarang tanggal 1 April 2010 loh dan tadi pagi di sekolah tiba-tiba saja ada anak yang bilang "april mop!" Apa ya April Mop itu? Kok cukup populer di kalangan anak muda ya? Walau tidak sepopuler Valentine's day! Pakai acara tipu-tipuan dan Lelucon? Btw, syar'i gak yah? Well, muslim muda, mari kita angkat tema ini ke permukaan dengan membaca basmalah. Bismillahirahmanirahim.
~*~

Hawa

hawa. kitalah perempuan. yang memaknai segala tepi dengan kehalusan dan air mata. kelembutan dan lena yang panjang. sungguh permainan telah dimulai, dan selalu diawali dengan kosong. ada sisi yang selalu memberontak namun tak pernah terjamah. ada doa-doa yang selalu terpanjat namun selalu ada penat. sungguh inilah permainan. yang tercipta antara hawa. sungguh adalah hembusan yang membisik lewat pori-pori hati sang pangeran malam tanpa rusuk. dan pilihan selalu diawali dengan kebulatan.. tekad dan keikhlasan.

^*syafiyah*^
[2 april 2010]

Peri Hujan



Tangan kita berpangkuan. Mata kita membisikkan hari ini. Hari dimana masa lalu terpikul seluruhnya. Pangeran malam. Kupu-kupu rapuh. Peluh. Ketika rasa senantiasa berbahasa lewat distansi yang ketus. Terbahak menertawai kita yang janggal. Disfungsi kali ini bukan karena pangeran malam yang bersembunyi dibalik baju hitamnya yang pekat. Namun lebih karena aku depresi memaknai peri hujan yang selalu datang sendirian.