Rss Feed

ShoutMix chat widget

Mau seperti ini?
Click aja disini---> Kumpulan Blog Tutorials

[Menjaga Rasa Syukur]



Kita pasti sepakat, (eh, mungkin saya aja yang sepakat) bahwa mengeluh di facebook itu seperti buang sampah tidak pada tempatnya. Walau ada beberapa keluhan yang jika bijak diolah dapat menciptakan rasa manis-asin-asem yang pas sehingga dapat membawa faidah atau hikmah tersendiri. Sayangnya rasa-rasanya banyak pula penggemar kelah-keluh-resah tanpa juntrungan yang jelas sekedar aduh-aduh, hiks hiks lantas pergi, bahasanya kasarnya sekedar numpang "kentut" di home lalu kabur setelah plong, terlebih tanpa rasa bersalah telah memberi bau menyengat.

Syukurnya polusi itu mungkin sudah banyak kita sadari bahayanya. Namun, adakah yang menyadari bahaya polusi yang satu ini di dunia per-facebook-an atau di dunia maya ini?

Sebut saya, polusi ini namanya polusi "Bahaya Bahagia". Yup, di dunia ini mungkin perasaan Bahagia-lah yang paling banyak dicari-cari, ada yang begitu yakin dapat menemukan bahagia hakiki dalam lautan harta, jutaan wanita, mendunianya nama, atau tingginya martabat keluarga. Ada yang lebih tenang, dengan menyakini bahagia dapat ditemukan dalam hati yang merasa cukup, dalam kekhusyukan beragama, dalam keceriaan anak-anak, atau dalam seutas senyum sederhana di malam ini.

Bersyukurlah orang-orang yang mendapatkan karunia kebahagian itu, baik dengan sebab-sebab sederhana.

Tapi, sayangnya... kebahagiaan itu dapat menjadi bahaya mematikan, polusi baru, dalam dunia perfacebookan, bila ia diumbar dengan berlebihan sebab kurangnya kita bersabar menahan diri.

Bahaya polusi ini tidak lain adalah mencabut rasa syukur dihati orang-orang, dan menambah kedengkian orang-orang yang dengki, dan sungguh orang dengki itu berbahaya bagi kita (ingatlah surat al-falaq)

Hal yang harus sama kita sepakati, bahwa di dunia maya dan dunia nyata ini ada saja orang yang hati-nya memiliki penyakit super kronis, ada orang yang memiliki angan-angan super tinggi, ada jiwa-jiwa yang begitu lemah, ada orang-orang yang lupa dengan takdir dan kehendak Allah, yang mungkin... sebab hal ini, membuat kabar kebahagiaan-kebahagiaan kita (yang kita bagi secara berlebihan dan tidak pada tempatnya) menjadi bom bunuh diri, pil pahit, tikaman dalam bagi mereka, hingga tercabutlah rasa syukur dari diri mereka.

Yang sedang lulusan S1/S2, jagalah ia yang lulus SMA-pun susah payah
Yang dalam keadaan berkecukupan, jagalah perasaan yang kekurangan harta
Yang sudah menikah, jagalah perasaan yang belum juga menikah
Yang sudah bekerja, jagalah perasaan yang belum bekerja
Yang sedang hamil, jagalah perasaan yang belum dikaruniai
Yang sedang sehat dan kuat, jagalah perasaan ia yang sakit-sakitan
Yang bertubuh cantik menawan, jagalah perasaan yang kekurangan dalam fisiknya

Jagalah ia, dengan menahan diri dari mengumbar kebahagiaan dengan berlebih. Jagalah ia, dengan cukup membaca hamdalah dan berakhlak mulia. Jagalah ia, dengan kata-kata yang penuh faidah bukan sekedar sensasi saja.

Maka, sesungguhnya ia akan indah, menenangkan, dan mendamaikan jiwa.

Dan, tentunya... jika kita memahami, bahwa menahan diri dan menjaga orang lain semata-mata bukanlah karena ada yang dengki atau iri atau ada yang rapuh lagi lemah, melainkan semata-mata demi menjaga kesyukuran yang sempurna baik dalam kenikmatan atau tidak dalam kenikmatan itu sendiri. Kita, sama menjaga diri menjadi pribadi yang penuh syukur dalam kesabaran.

Lo(ve), 2013

0 komentar:

Posting Komentar

akan menyenangkan jika kamu mau menulis pendapatmu xD -ve_isyaasya-