Rss Feed

ShoutMix chat widget

Mau seperti ini?
Click aja disini---> Kumpulan Blog Tutorials

Life is Beautiful

Sejauh mana cinta mengizinkan kita berdusta untuk untuk sebuah harapan?
Sampai mana ketidakadilan dan kekejaman, sebagai kenyataan hidup, harus ditutup dari mata seorang anak?

Pertama bertemu dengan film ini di sebuah stasiun televisi, berlatar zaman dulu membuat saya tidak terlalu tertarik, saat itu saya hanya asal menonton saja dan tidak juga menonton dari awal, tidak menyentuh kala itu. Namun, suatu hari saya membaca disebuah buku jenis motivator yang membahas tentang film ini. Kemudian saya mulai mendapat makna dari film ini. Selama menonton kita dapat tertawa karena kejadian lucu dan konyol yang dilakukan sang pemeran utama, Roberto Benigni (ia menyutradarai dan juga memainkan Guido). Ini adalah sebuah film komedi yang orisinal: mencari yang lucu di latar kekuasaan yang menghancurkan manusia.



Bertempat di kota Arezzo yang kecil, ayah yang sangat hebat begitu unik dan ceria pemilik sebuah toko buku sederhana, ibu yang sangat baik, merawatnya selalu dengan penuh cinta. anak yang beruntung memiliki orangtua seperti itu bernama Giosué, berumur empat tahun. Film ini berlatarkan tahun 1939, . Pada tahun ini Penguasa Fasis Italia yang bekerja sama dengan Nazi Jerman mengangkut orang-orang Yahudi ke kamp konsentrasi. Guido, sang ayah, seorang keturunan Yahudi, begitu pula seluruh keluarganya yang lain, semua ditangkap. Kecuali sang ibunya, Dora, dia adalah seorang Kristen yang tidak masuk dalam daftar yang harus ditangkap. Namun, karena cintanya yang begitu besar dia memutuskan untuk ikut bersama mereka dalam sebuah kereta yang penuh sesak. Namun, sayangnya dia tetap tidak dapat bertemu dengan suami dan anaknya. Hiks.. Hiks.. Ribuan orang berhimpitan dalam kereta, rasanya sulit sekali untuk bernafas, apalagi untuk bergerak. Dan, itu adalah ambang kebinasaan bagi orang-orang Yahudi. (Well, kita tidak membicarakan tentang agama atau politik disini, jadi sejarah tentang ini di skip dulu ya ^_^)

Dan.... hal yang menarik bermula dari sini! Guido, sang ayah memutuskan untuk tidak memberi tahu Giosué bahwa mereka sedang berada di ambang pembantaian. Bagaimana caranya ya??

Sungguh menarik dan menggugah, ketika Guido dan Giosué kecil dimasukkan ke sebuah bedeng bersama sekitar 30 orang tahanan lain dan si bapak sangat cepat menemukan akal untuk membohongi anaknya. Ketika datang seorang opsir Nazi yang memberi pengumuman, dalam bahasa Jerman, tentang aturan hidup dalam kamp, Guido menawarkan diri sebagai interpreter Ia pun menerjemahkan, ke dalam bahasa Italia dengan sangat keras, yaitu: bahwa yang sedang dilangsungkan di kamp itu adalah sebuah pertandingan. Bahwa tiap orang harus mengumpulkan nilai sebanyak-banyaknya. Bahwa nilai itu akan hilang karena tiga alasan: "Pertama: bila si peserta menangis. Kedua: bila si peserta ingin ketemu ibunya. Ketiga: bila si peserta lapar dan minta kue-kue". Sungguh ini adalah kebohongannya, ya, demi anaknya.

Opsir Jerman itu tidak tahu bahwa Guido tidak menerjemahkan satu kata pun dari mulutnya. Namun, yang penting bagi sang ayah adalah Giosué tidak menangis. Dan sang anak percaya padanya bahwa di akhir nanti sang pemenang akan mendapatkan sebuah tank. Harapannya sungguh melambung tinggi. Terkadang di tempat tidur ia berbisik-bisik menanyakan di mana mamanya dan mengeluhkan rasa laparnya. Walau sempat dia ingin mengalah dan menyelesaikan 'pertandingan' namun karena harapan akan tank besar, dia berhasil menahannya. Di kamp orang-orang hidup dalam kerja paksa yang mengerikan. Tapi Giosué kecil terlindung dari kenyataan yang sebenarnya. Yang menyedihkan adalah ketika sang ayah yang sangat melindungi anaknya, tertembak mati di malam terakhir, namun dia tetap berhasil mengelabui anaknya dengan sejuta senyuman hangat yang seakan mengatakan semua baik-baik saja pada sang anak. Namun, Giosue tidak mengetahui tentang kematian itu.

Kamp itu akhirnya dibebaskan pasukan Amerika. Giosué tahu bahwa dia telah menjadi pemenang, ketika beberapa tank datang, dan oleh prajurit pendatang yang ramah itu ia diizinkan naik. Dia adalah pemenang diantara kehidupan buas yang tidak dia ketahui, tanpa luka tubuh dan luka jiwa.

La Vita e Bella mau tak mau menggugah jiwa saya. Guido bisa menghadirkan di dalam mata anaknya sebuah hidup yang seru, penuh dengan kesenangan dan tantangan dan anaknya berbahagia. Tapi bukankah dia berbohong: kamp konsentrasi itu bukanlah tempat di mana la vita e bella? Kita melihat kamp konsentrasi dalam La Vita e Bella dan kita tertawa, meskipun Guido semestinya takut dan kesakitan. Terkadang kita ingin ada seorang Guido yang sebaiknya mengelabui kita. Tapi benar perlukah kita akan sebuah dusta yang bisa membuat kita tak putus harap?

Pada suatu hari di tahun 1939 itu anak itu melihat sebuah tulisan di toko kue kota itu: "Anjing dan Yahudi Dilarang Masuk". Ia bertanya kepada ayahnya kenapa begitu. Si ayah menjawab—tentu saja dengan berbohong—bahwa tiap orang dapat membuat aturan apa saja yang dimauinya. Misalnya, kata sang ayah, ada toko yang memasang tanda larangan masuk bagi "Kuda dan orang Spanyol". Toko mereka sendiri bisa saja bikin aturan melarang masuk, misalnya, "Laba-laba dan orang Visigoth".

Sejauh mana cinta mengizinkan kita berdusta untuk untuk sebuah harapan?
Sampai mana ketidakadilan dan kekejaman, sebagai kenyataan hidup, harus ditutup dari mata seorang anak?

Film La Vita e Bella ("Hidup itu Indah") memberi jawaban yang ekstrem: sampai sejauh jauhnya, bahkan diambang kematian.

^*syafiyah*^

0 komentar:

Posting Komentar

akan menyenangkan jika kamu mau menulis pendapatmu xD -ve_isyaasya-