Terkadang aku bertanya-tanya, sesungguhnya bagaimana hakikat perempuan itu, apa sesungguhnya perannya di dunia, bagaimana ibadah yang benar dan tepat baginya, sisi keadilan apa yang ia miliki, kekuasaan apa yang boleh ia raih, jihad apa yang seharusnya ia lakukan, bagaimana seorang perempuan muslimah kaffah berkarya?
Tidak jarang aku menemukan banyak perempuan muslimah yang hilir-mudik berkarya atau berpetualang hingga membuatnya butuh kesana kemari sendiri, beberapa diantara mereka juga senang menulis sesuatu namun seringkali kisah-kisah yang ia bagi atau terbitkan adalah tentangnya yang menurutku terlalu personal, ada juga perempuan yang merajut bisnis bersama kekasih/temannya yang tidak halal atau begitu semangat kuliah demi pujian mereka. Dan banyak muslimah yang berbisnis namun, aku merasa jauh dari syariat. Mungkin sebagian orang anggap "sukses" namun bagiku tidak. (Semoga perasaan ini sejalan dengan syariat bukan sebab "excuse" karena keengganan mencoba dan berusaha, semoga senantiasa diberikan ilmu yang bermanfaat...) Sayangnya, sekali waktu ada bisikan yang menumbuhkan rasa cemburuku, sebab aku kadang merasa bahwa kehidupan mereka bisa jadi jauh lebih bermanfaat, mereka lebih menemukan perannya sebagai wanita.. Mereka bisa membuat orangtua mereka bangga, dengan tidak lagi meminta, atau membelikan dan membantu adik-adiknya sekolah, ada juga yang dengannya memiliki jauh lebih banyak teman di berbagai belahan indonesia bahkan dunia, wawasannya semakin luas, beberapa diantaranya tahu tempat ini-itu, orang ini-itu, sebab memang banyak "bergerak".
Lantas, aku menengok diriku, dan mungkin banyak diantara muslimah lain-pun yang merasakan hal yang sama. Ada sisi dilematis, terlebih.... pandangan bahwa perempuan itu lemah, dan anggapan bahwa ada diantara laki-laki yang memanfaatkan perempuan. Betapa sejak lama aku membenci kasus ini dan aku khawatir semakin membencinya. (Mungkin sebab terlalu banyak membaca kisah-kisah memilukan). Namun yang akan kubicarakan adalah sisi dilematisnya, satu sisi perempuan tidak ingin dianggap lemah, namun ia sendiri seringkali menyakini bahwa orang lain menganggapnya lemah. Dan kelemahan perempuan sholehah tentu berbeda dengan perempuan yang mencintai dunia (seharusnya memang berbeda, benar kan?) Kelemahan perempuan sholehah tentu adalah ketika (minimal) ia merasa tidak sesholehah teman-temannya yang lain serta terlewatnya beberapa peluang kebaikan. Sedangkan rasa lemah perempuan umumnya bisa jadi ketika karirnya tidak setinggi temannya, pemasukan juga tidak sebanyak temannya, pacar atau suami tidak sekaya dan sesukses suami temannya. Namun, perempuan sholehah juga adalah perempuan, tidak jarang sebagian perasaan itu menghampirinya, dan obat terbaik adalah rasa cukup dan ridho
Lebih dilematis adalah saat ketika dikatakan bahwa neraka itu lebih banyak wanita, wanita juga ujian bagi pria, selain itu akal-nya-pun lebih kurang dari pria, dan laki-laki dikatakan memiliki kelebihan atas wanita. Dan... yang tidak kalah "meresahkan" adalah... ketika wanita mengetahui bagaimana agama memandangnya dan memintanya untuk menjadi sebaik-baiknya wanita. Bisa jadi ketika menjadi anak atau tetangga, perannya tidak jauh berbeda dengan laki-laki namun ketika menikah ia memiliki kriteria tambahan kembali untuk menjadi sebaik-baiknya perempuan. Sangat penting baginya ridha seorang suami, ia haruslah menyenangkan bagi suaminya, menaati perintahnya, menjaga rumah dan harta, menjaga dirinya dari fitnah lelaki lain, terlebih... sebaiknya ia adalah perempuan yang subur, dan penyayang. Ternyata PR perempuan begitu banyak, beruntunglah mereka yang telah memiliki hal ini sebelum mereka menikah. Di lain sisi... kita lupa, bahkan peran laki-laki-pun berubah ketika ia menjadi seorang suami. Tentu ada dilemanya tersendiri.
~*aisyah asyafiyah*~
0 komentar:
Posting Komentar
akan menyenangkan jika kamu mau menulis pendapatmu xD -ve_isyaasya-