Rss Feed

ShoutMix chat widget

Mau seperti ini?
Click aja disini---> Kumpulan Blog Tutorials

Cerpen : The Call (III)



20 juli 1997.
ia telah berjanji.
dan seandainya ia menepati.
seandainya.
~*~

ada pasar malam!
di lapangan perumahan penduduk.
mata bulat itu tampak berbinar-binar.
memperhatikan satu stand ke stand yang lain.
keren. ada penjual pakaian, ikan, kalung, boneka.
ada gula-gula kesukaannya. ah, ia ingin. teramat.
tapi sayang tak ada izin. sebab ia telah berjanji,
untuk melihat-lihat saja. sebentar saja.
padahal ini kali pertama ia ke mari.
namun apa mau dikata, ibunya, menasehati
tuk menjaga makanan, membeli kalung atau gelang saja,
dan jangan jauh-jauh dari mba. ia berjanji. tapi...

tapi mengapa di tengah perjalanan, perlahan ia melepaskan tangan.
membiarkan mba-nya asyik menonton layar tancap. tak sadar.
mata bundar itu melirik ke penjuru.
dan menemukan kerlap-kerlip dari sudut paling sunyi.
sekaligus paling gelap.
namun disana ia melihat seseorang yg tampak begitu asyik melukis.
melukis. ya... melukis!

gadis itu tertarik. ia mendekat.
ada senyuman menyambut, di pipinya tampak lesung.
‘hai’ sapa pemuda itu. seperti anak sma.
gadis mungil itu tersenyum kecil.
matanya memperhatikan lukisan itu, bunga-bunga.
indah. sangat indah.
‘sendirian?’ tanya pemuda itu.
gadis itu mengangguk.
‘kamu mau dilukis?’
‘eh—‘
‘murah kok. apa yg kamu suka?’
‘aku gak bawa uang’
‘tak mengapa nanti kamu bantu saya beresin ini aja.’
‘gadis itu tersenyum’
‘apa mimpimu dek?’
gadis itu sejenak berpikir, ‘penari balet profesional’
dan pemuda itu mulai menggerakkan kuasnya.
pada kanvas berukuran a4.
sesekali ia bertanya. ‘warna kesukaan’
‘hobi lain’ ‘makanan favorit’ ‘kelas berapa’
‘kegiatan apa saja’ ‘tinggal dimana’
dan gadis itu menjawab setiap pertanyaannya.

tidak lebih dari lima menit lukisan itu selesai.
seorang perempuan tinggi, memakai pakaian balet.
berwarna merah muda, di sebuah ruangan, dibalik jendela.
matanya berbinar-binar makin terang.
ini hadiah terindah yg pernah kamu dapat.

pemuda itu meminta gadis itu membantunya.
sigap dia membawa beberapa lukisannya.
‘mobilku ada disana’ ucapnya menunjukkan sudut jalan.
lebih gelap dari tempat ini. gadis mengangguk.
mengikutinya dari belakang.

sesampai di mobil hitam itu,
mereka memasukkan lukisan itu ke bagasi.
pemuda itu menatapnya begitu lembut.
‘dek maaf ya...’ gadis itu tampak bingung.
namun belum sempat lidahnya bertanya ‘kenapa?’
sebuah sapu tangan telah menutup mulut dan hidungnya.
seseorang ada di belakangnya, menahan tubuhmnya.

kaku. sesak. tak bisa bergerak.
matanya mengerjap. pemuda itu menunduk.
tangannya tergenggam erat. mengeras.
ada yg tertahan. ada yang ditahan.
‘tolong-tolong’ hati kecil itu bersua.
‘maaf-maaf’ hati kecil yang lain berseru pilu.

gadis kecil itu meronta. namun tak lama.
sebab perlahan semua semakin gelap.
dan ia tak berdaya.

malam itu, di perumahan mewah,
di pasar malam, semua tampak ribut dan kalut.
sebab seorang anak perempuan, 11 tahun.
bermata bulat, berambut panjang.
kulit putih. keturunan eropa-jawa.
anak satu-satunya dari pengusaha batik terkemuka.

dan di tengah jalan perbatasan kota,
gadis itu yang sejak tiga jam lalu tertidur.
mulai sadar diri. tapi tangannya terikat pun juga kakinya.
tubuhnya lemah. matanya berat.
hanya sayup-sayup suara terdengar.

‘kamu bilang hanya ambil emas yang dipakainya!’
‘kalau kita culik keuntungannya lebih besar bro!’
‘ini tidak boleh! saya tidak ikut-ikutan resikonya besar!’
‘resiko akan kecil kalau kamu ikuti permainan gue!’
‘saya gak peduli. saya selesai sampai disini!’
‘kalau lo berhenti sekarang, lo mau lihat temen lo sedih?’
‘kita bisa cari cara lain untuk nolongin dia!’
‘lo gak sadar? gak ada cara lain untuk dapetin uang puluhan juta!’
‘kita udah terlanjur. kita udah bawa anak ini.
ikuti rencana yg tadi gue bilang. klo lo nyerahin...
lo yakin dia nggak lupa sama muka lo? dont be childish!’

setelah itu hening. teramat hening.
gadis itu jatuh pada lelap yang panjang.
~*~
20 juli 2007. dini pagi.
di atas ranjang. lelapmu terganggu. nafasmu sesak. teramat.
ada mimpi aneh. teramat aneh. memori itu kembali.
dheg! matamu seketika terbelalak. menatap langit-langit putih.
kamu melihat tanganmu. utuh. memegang wajahmu.
kamu sudah dewasa. semua sudah berlalu.
tenang-tenang. tenang.
semua baik-baik saja. baik-baik saja.

tapi matamu basah.
seandainya kamu  menepati janji.
ibumu pasti masih ada disisimu.
menemanimu, tersenyum.

‘kriiiing...’
dering itu, menyentakmu. telepon disamping ranjangmu.
tak jauh dari jendela. eh.. j-jendela itu.
kamu menutup mulutmu. teramat kaget.

mahkah...?

dan seketika memori itu kembali.
di sudut lukisan penari balet itu, ada sebuah inisial.
huruf ‘m’ . mungkinkah itu untuk mahkah..?

02.11.12 the call part iii

0 komentar:

Posting Komentar

akan menyenangkan jika kamu mau menulis pendapatmu xD -ve_isyaasya-