Pernikahan bukanlah perkara
sederhana, sekalipun membawa perasaan sederhana. Jika seseorang telah ingin
menikah dan telah siap dengan dengan keadaan diri serta berani mengambil
konsekuensinya, tiada ada yang berhak menghalanginya, kecuali alasan syari.
Pernikahan berarti membawa masa lalu kita, dan menerima masa lalunya,
memperjuangkan masa kini, dan berani menjadikannya teman juang pada segala bentuk
rahasia-rahasia di masa depan, yang adalah kehendak-Nya. Pernikahan berarti
mempersatukan tidak hanya dua manusia melainkan dua keluarga besar dengan
berbagai karakter, kriteria, kondisi sekaligus permasalahannya.
Ketika seseorang memutuskan untuk
menikah, ia haruslah yakin bahwa orang yang akan ia nikahi adalah ia yang
benar-benar ia inginkan untuk menghabiskan hidupnya, orang yang ia inginkan
untuk ia bagi kebahagiaan, orang ia percaya untuk membantu kita menyelesaikan
permasalahan, orang yang kamu yakini dapat memberikan senyum termanisnya ketika
diluar sana ada wajah-wajah ketus dan menyakitkan, orang yang kamu percaya
untuk membesarkan anak-anakmu, orang yang kamu percaya mampu menjadikan dirimu
dan dirinya lebih berkualitas dan terangkat drajatnya dihadapan-Nya. Dan
perasaanmu harus yakin, dia-lah yang benar-benar kamu inginkan dan benar-benar
membuatmu mempertaruhkan kesetiaan yang murni, ditengah ketidakramahan dunia
ini. Pilihlah ia yang kamu yakini benar, mau kamu bagi dengan berbagai potret-potret
itu, dan merahasiakannya.
Seseorang slalu berhak untuk
memilih, dan slalu berhak untuk menolak. Namun, menjadikan pernikahan sebagai ladang
ibadah adalah keharusan yang tak bisa ditawar-tawar. Sebab itu, pilihlah ia hati-hati
dengan mengusahakan kelurusan hati, istikharah, matang-matang. Bukan sebab
ketakutan tidak mendapat jodoh, tidak sesuai dengan kebiasaan sekitar atau
sebab sudah waktunya, atau sebab banyak teman sudah menikah. Pilihlah sebab
kamu yakin, ketika dengannya ia akan menjaga kehormatanmu, dan kamu menjaga
kehormatannya, ia akan mengenalkanmu kepada yang lebih sejati, dan mampu
menguatkanmu dengan keberadaannya, ia yang mampu menjadi seorang ibu dan ayah
yang baik atau sebagai seorang menantu dan paman/tante yang baik pula. Pilihlah
ia yang membuatmu tidak takut untuk bermimpi dan mewujudkannya. it’s mean lihat
kembali akhlak, adab dan agamanya. Itulah sejatinya memilih karena Allah.
Ketika kilasan pikiranmu berkata “Kapan
ya aku nikah?” atau banyak orang bertanya “kapan nikah?” Tiliklah kembali
hatimu, sebab bersabar itu baik, dan mengambil kesempatan ketika telah siap-pun
juga tak kalah baiknya. Pernikahan bukan berlomba, pernikahan tidak melulu
tentang romantisme, pernikahan hanya babak baru untuk memaksimalkan ibadah dan
memperluas manfaat serta pembelajaran.
Ingatlah beberapa hal lagi, dalam
perkara mempersiapkan diri… jangan menjadikannya untuk mendapatkan pasangan,
bukankah itu berarti hijrah demi mengharapkan wajah mereka? Lantas jika begitu
dimana posisi pengharapan pada wajah-Nya? Jadilah kamu baik, sebab kamu memang
harus baik, jadilah kamu beriman sebab kamu memang harus beriman, jadilah kamu
bermanfaat karena memang kamu harus bermanfaat, dan tingkatkanlah ibadahmu
sebab kamu memang harus melakukannya. Jadilah kamu mandiri dan berusaha, sebab
memang kamu harus mandiri dan selalu berusaha. Bukan perkara demi orang lain
atau siapapun. Don’t stop to be better!
0 komentar:
Posting Komentar
akan menyenangkan jika kamu mau menulis pendapatmu xD -ve_isyaasya-