Kita saling menuliskan naratif pada segenggam abu. Geraham kita menggigit kuat pada kapas putih bertebaran. Nadi kita bergejolak pada jemari yang menggigit kata. Bukankah semua itu sia? Seperti saat.. kita bicara dalam mata yang bersembunyi, dengan telinga yang dibuat tuli. Adakah mentari yang dibawa pergi? Cahaya cinta-Nya kah yang tak kunjung kembali? Pada tiap-tiap malam terhampar harapan yang berpesta dengan ilusi. Namun, langkah yang manakah yang berlari? Sungguh ini ilusi sia..
Forgive Me Allah swt
^*syafiyah*^
[19 mei 2010]
[19 mei 2010]
2 komentar:
Subhanallah..indah
Ini juga jadi puisi kesukaanku.. :D
Posting Komentar
akan menyenangkan jika kamu mau menulis pendapatmu xD -ve_isyaasya-