Tangan kita berpangkuan. Mata kita membisikkan hari ini. Hari dimana masa lalu terpikul seluruhnya. Pangeran malam. Kupu-kupu rapuh. Peluh. Ketika rasa senantiasa berbahasa lewat distansi yang ketus. Terbahak menertawai kita yang janggal. Disfungsi kali ini bukan karena pangeran malam yang bersembunyi dibalik baju hitamnya yang pekat. Namun lebih karena aku depresi memaknai peri hujan yang selalu datang sendirian. Maklum. Karena dini hari selalu terlambat bangun. Dan mentari sibuk mendesain hari. Seperti kejanggalan kemarin dan kemarin lusa. Ketika aku memaksa menyetujui untuk jatuh pada lumatan bibirmu yang haus kebinasaan. Aku selalu tiba pada bias. Dan aku selalu benci bias. Aku tertatih naik. Mengetuk pintu Rabb-ku. Seperti pangeran malam dan peri hujan yang rindu pertemuan.
^*syafiyah*^
[1 April 10]
si peri hujan
0 komentar:
Posting Komentar
akan menyenangkan jika kamu mau menulis pendapatmu xD -ve_isyaasya-