aku menggugat malam. karena wajahnya menampakan kesepian! hujan pun rela menciptakan rinai jadi nada. untuk membungkam sendirinya. walau tak lama. tak pernah lama.
Untung, embun tak pernah mengugat hujan. karena sejuknya menciptakan pagi yang ramai. tak perlu sedu sedan di pagi buta, katamu. hanya kokok ayam dan secangkir teh. kopiah dan sajadah, tambahku. lalu kau ciptakan ritma dari banyak kata-kata. lidahmu fasih. aku iri sekaligus benci. aku jadi ingin menggugatmu. karena wajahmu menampakkan rindu! padahal seharusnya kamu hidup dibawah nisan. karena aku telah membunuhmu. 100 hari kemarin. saat malam membalas menggugatku. karena wajahku mengalahkan kesepiannya. sudahlah. kau berhasil membunuhku 101 hari kemarin.
^*syafiyah*^
[Jumat, 6 Februari 10]
petang, dan membusuk
[Jumat, 6 Februari 10]
petang, dan membusuk
0 komentar:
Posting Komentar
akan menyenangkan jika kamu mau menulis pendapatmu xD -ve_isyaasya-